Kamis, 16 Juli 2015

Ketupat dan Lepet Bagian dari Syawalan di Jawa, Apa Maknanya ?

Sumber foto rri.co.id
Ketupat dan Lepet, kedua makanan ini menjadi bagian penting tradisi syawalan bagi umat islam di jawa yang berlangsung tepat pada malam/sore hari tanggal 7 syawal setiap tahunnya.

Bagi anda yang bermukim di jawa pastinya tidak asing lagi dengan tradisi ini, namun tahu kah anda apa sebenarnya makna dari kedua makanan tersebut?


Bapak Tatang Tanggul seorang PNS di BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan) yang juga seorang pemerhati budaya, menuliskan tentang Asal Usul tradisi Syawalan dan Maknanya dalam akun media sosialnya.

Berikut ini isi catatannya yang membuat kami tertarik untuk memuatnya di media ini :

Lebaran...itulah yang diperkenalkan untuk istilah Hari Raya....Idul Fitri...
Islam masuk dan dikembangkan di tanah Jawa melalui budaya...dan kata Lebaran berasal dari kata LEBAR yang berarti selesai, tamat, juga habis.
Maknanya adalah selesai/tamat menjalani puasa sebulan penuh selama bulan Ramadhan...dan juga habis dosa-dosa kita karena insya Allah diampuni Allah SWT, sehingga di hari yang suci ini kita bagaikan terlahir fitri/fitrah kembali...insya Allah....

Dalam menyambut Lebaran ini biasanya disajikan makanan istimewa yaitu Kupat (ketupat) dan Lepet.
Dinamai Kupat (bahasa Jawa/aslinya) yang kemudian berkembang menjadi Ketupat (bahasa Indonesia) merupakan singkatan dari kata "ngaKU lePAT" (mengaku salah) maknanya adalah di hari yang fitri ini kita diberi kesempatan untuk mengakui kesalahan-kesalahan dan minta maaf kepada sesama dan tentu saja yang terpenting adalah memaafkan kesalahan orang lain...baik yang sudah mengaku "lepat" maupun yang belum/tidak mengaku "lepat".

Kupat/ketupat dibungkus dengan anyaman janur kelapa...janur digali dari kata "jan-jane nur" yang berarti inti cahaya (Illahi) dan diutamakan yang berwarna kuning bermakna "kesucian hati"
Anyaman ketupat bersudut tujuh (bucu pitu) berbeda dengan ketupat yang umumnya ada sekarang hanya bersudut enam,...yang bersudut tujuh terkesan lebih gilig (montok) dan lebih bernilai seni...sudut tujuh ini melambangkan jumlah ayat Al Fatiihah yaitu tujuh ayat yang merupakan pembuka (preambule) Kitabullah Al Quranul Karim.

Makanan berikutnya adalah Lepet yang dibuat dari beras ketan yang dibungkus dengan janur tanpa dianyam.
Lepet digali dari kata "Luput lepating lampah" yang dalam bahasa Indonesia berarti "khilaf dan kesalahan laku kehidupan".
Beras ketan sebagai bahan baku Lepet maksudnya adalah supaya lekat/lengket dan dimaknai sebagai "mempererat tali silaturahim" antar-sesama, sedangkan cara membungkusnya hanya dengan menangkupkan janur kemudian diikat tiga yaitu di pangkal, tengah, dan ujungnya melambangkan ikatan kain kafan yang bermakna bahwa cepat atau lambat kita akan tiba gilirannya untuk dikafani dengan tiga ikatan seperti itu....ingatlah bahwa semua yang bernyawa pasti mati, persiapkan bekal kehidupan akhiratmu...

Pada masa dahulu...Kupat dan Lepet tidak disajikan pada tanggal 1 Syawal (lebaran hari pertama) melainkan baru disajikan pada sore hari (bakda Maghrib) tanggal 7 Syawal (hari ke-tujuh lebaran), pada hari pertama lebaran hanya jamuan makan dengan jenis makanan yang umum sedangkan pada hari ke-tujuh baru disajikan makanan istimewa yaitu Kupat dan Lepet....sehingga orang-orang menyebut Lebaran pada tanggal 1 Syawal dengan istilah Syawalan dan menyebut Lebaran pada tanggal 7 Syawal (sore/malam) dengan istilah Kupatan. 

Sangat disayangkan dalam perkembangannya Kupatan ini dikait-kaitkan dengan upacara sedekah bumi, sedekah laut, dan lain-lain yang mengarah ke perbuatan syirik..makanannya dikubur dalam tanah atau dilarung ke laut sebagai persembahan...entah kepada siapa..naudzubillahimindzalik...
karena sesungguhnya Allah SWT tidak butuh persembahan apapun apalagi dalam bentuk makanan...lha wong Allah itu MAHA KAYA dan maha-maha lainnya lagi...

Lebaran diberlakukan dua kali yaitu pada tanggal 1 Syawal dengan hidangan biasa dan pada tanggal 7 Syawal (sore/malam) dengan hidangan istimewa (Kupat dan Lepet) adalah agar kita menyempurnakan/melengkapi ibadah puasa Ramadhan yang sifatnya wajib dengan puasa sunnah selama enam hari di bulan Syawal (tanggal 2 s.d 7 Syawal).

Sekarang nilai-nilai ini sudah mulai luntur...banyak yang mengambil praktisnya...makna-makna tadi banyak yang tidak memahaminya..atau bahkan menganggapnya sebagai bid'ah...padahal sangat boleh jadi para pendahulu (penyebar Islam/wali sanga) menciptakan yang demikian bukan dengan maksud menambah-nambah melainkan hanya sebagai penyemangat dakwah ukuwah islamiyah, bukankah masuknya/penyebaran Islam di Jawa tidak dengan pedang melainkan melalui budaya, dan budaya menunjukkan bangsa...dan sayapun juga ketularan, setidaknya untuk saat ini Lebaran hanya pada tanggal 1 Syawal itupun tanpa Kupat dan Lepet...
Wallahualambishwab.

Bagikan

0 coment rios: