
Interogasi - Jakarta - Sejauh ini PT Bank Central Asia Tbk (BCA)tengah mencermati kebijakan pengelolaan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan oleh pemerintah. Jika pemerintah menaikkan harga solar dan premium, maka BCA akan kembali merombak besaran bunga kredit maupun deposito.
Seperti dikemukakan Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja di Jakarta, Jumat (29/8). "Masalah yang sedang kami amati adalah, ada atau tidaknya kenaikan harga BBM. Kalau ada dampak terhadap inflasi. Maka, mau tidak mau harus ada penyesuaian bunga lagi," kata Jahja.
Namun demikian, jelas Jahja, saat ini BCA belum membutuhkan dana dalam jumlah besar, sehingga lebih baik memilih untuk menurunkan suku bunga deposito. "Suku bunga deposito sejak Agustus ini sudah turun 0,25 persen dari 9,25 persen. September akan turun lagi 0,5 persen. Jadi, sampai akhir tahun ini akan menjadi 8,5 persen," ujarnya.
Dia mengatakan, jika pasca kenaikan harga BBM pihaknya membutuhkan likuiditas tambahan, maka BCA akan kembali menaikkan bunga depostio. Jahja menyebutkan, likuiditas akan mengetat jika bank-bank memacu pertumbuhan kredit berkisar 20-25 persen. Sementara, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) akan berkisar 12-14 persen.
Jahja berharap, laju kredit industri perbankan berada pada 12-15 persen, sehingga bisa lebih berimbang dengan laju pertumbuhan DPK. "Jadi tidak akan terjadi pengetatan likuiditas yang lebih ketat lagi. Tidak akan seperti saat ini yang ada pada ekuilibiriumnya," katanya. (Plasadana)
0 coment rios: