Kisah Pedih Pengusaha Sukses Tidak Lulus SD, Omset 1 Milyar/Bulan
Interogasi - Pendidikan adalah bekal yang sangat penting dalam meraih kesuksesan untuk kebanyakan orang. Tetapi itu bukan syarat mutlak untuk berhasil mengejar sukses.
Meski tanpa bekal pendidikan yang memadai bukan berarti tak memiliki kesempatan untuk sukses. Perjuangan dan tekad yang tinggi adalah modal untuk bisa meraih impian.
Salah satu kisah bagaimana perjuangan mencapai kesuksesan meski berangkat dari kesulitan ini dialami oleh seorang pengusaha es krim dari Blora, Jawa Tengah bernama Sanawi.
Pria yang kini berhasil meraih sukses dengan bisnis es krimnya bahkan mendapatkan omzet milyaran rupiah tiap bulannya ini bahkan tidak pernah menamatkan jenjang pendidikan dasar.
Tentu saja, untuk bisa mendapatkan kesuksesan seperti saat ini juga tak semudah membalikkan telapak tangan.
Ada sederetan perjuangan berat yang harus dilaluinya. Ingin mengetahui bagaimana cerita Sanawi mencapai kesuksesan? Berikut ini adalah video wawancara Sanawi dalam acara Kick Andy di MetroTV.
Mengintip Masa Lalu dan Latar Pendidikan Sanawi
Sanawi bukanlah seorang dengan gelar sarjana apalagi doktor. Ia bahkan tidak memiliki ijazah sama sekali karena ia hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 1 Sekolah Dasar saja.
Tentu saja, dengan bekal pendidikan yang belum ada apa-apanya, Sanawi praktis benar-benar tidak bisa membaca ataupun menulis, singkatnya ia seorang buta huruf.
Ini pula yang membuatnya seringkali diejek oleh teman-teman sebayanya.
Meski demikian, hal ini tidak lantas membuat Sanawi menyerah dengan kondisi serta keadaanya.
Ia berusaha keras untuk bisa mendapatkan perubahan yang berarti dalam hidupnya. Pekerjaan pertama yang dilakukannya setelah tak lagi sekolah adalah menggembala sapi milik orang lain untuk mendapatkan tambahan uang bagi keluarganya.
Dengan pekerjaannya menggembalakan sapi, Sanawi merasa hal ini tak mampu mengubah kehidupannya.
Hingga di usia yang masih terbilang belia yaitu sekitar umur 16 tahun, Sanawi mengambil keputusan untuk mencoba peruntungannya dengan hijrah ke ibukota Jakarta.
Dia berangkat bersama tetangganya dan hanya bermodalkan uang seadanya hasil dari menjual ketela.
Namun malang, ketika sampai di terminal Pulogadung, entah bagaimana dan mengapa, tetangganya meninggalkannya. Ini membuat Sanawi akhirnya memilih untuk kembali ke kampung halamannya.
Namun, tekad Sanawi tak berhenti sampai di situ saja. Tak berselang lama, Sanawi pun nekad untuk mencoba peruntungannya kembali ke Jakarta.
Kali ini, ia menjadi kuli bangunan. Bila ada waktu-waktu kosong, Sanawi memanfaatkannya dengan membuka jasa pengecatan ke perumahan-perumahan. Dari sinilah mental bisnis Sanawi mulai terbentuk.
Hijrah ke Samarinda dan Awal Kesuksesan
Sekitar tahun 2006, Sanawi bersama teman proyeknya memutuskan untuk pindah ke Samarinda. Di kota ini, ia lagi-lagi menjadi kuli bangunan.
Setelah satu tahun hidup di rantau, Sanawi merasa tidak ada peningkatan pendapatan sehingga ia pun mulai berpikir untuk mencari tambahan penghasilan.
Ia mencoba peruntungan dengan berjualan es krim dengan modal yang diperoleh dari hasil pinjaman temannya sebesar Rp 60.000.
Awalnya, Sanawi menjual es krim dari salah satu brand ternama. Setiap hari, ia berkeliling menawarkan es krim jualannya dengan menggunakan sepeda.
Tak jarang ia diusir para orang tua yang tidak ingin anaknya membeli es krim. Meski demikian, Sanawi tak menyerah dan terus menggenjot gerobak es krimnya hingga berhasil mendapatkan keuntungan Rp 15.000 per harinya.
Selain itu, ia pun teguh untuk bisa menerapkan gaya hidup hemat untuk bisa mewujudkan cita-citanya.
Dari hasil menabung yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, akhirnya Sanawi berhasil membeli motor.
Dan berkat usaha kerasnya, ia bisa menjadi seorang pedagang sukses. Sanawi tak cukup berpuas hati dengan apa yang berhasil diraihnya.
Dengan modal tabungan yang dimilikinya, ia pun berhasil membuat brand es krimnya sendiri yang bernama Es Krim Vanesa.
Kiat Sukses Sanawi dalam Membangun Bisnisnya
Dalam mencapai keberhasilan, Sanawi pun mengalami sejumlah kesulitan. Ia seringkali dihadapkan pada keputusan yang sulit.
Berkali-kali ia mengajukan pinjaman sebagai modal tambahan untuk mengembangkan usahanya dan tentu harus bisa membuktikan bahwa ia bisa mendapatkan penghasilan keuntungan yang lebih besar.
Ini menunjukkan bahwa Sanawi cukup lihai dalam mengelola risiko.
Melihat peluang besar pada bisnis es krim, Sanawi pun mencoba mengajak teman-teman yang bekerja di proyek bangunan untuk turut berjualan es krim.
Sanawi menjadi distributor untuk memasok es krim ke teman-temannya. Usaha yang dilakukan Sanawi dinilai lebih menguntungkan dibandingkan menjadi kuli bangunan.
Bisnis yang dimiliki Sanawi pun berkembang semakin pesat. Sekitar tiga tahun ia membuka usaha bisnis es krimnya, pada tahun 2010, Sanawi berhasil memiliki 400 pengecer yang disebutnya sebagai mitra.
Sanawi Pebisnis yang Tak Mudah Puas
Saat ini, Sanawi sudah memiliki lebih dari 700 mitra dalam bisnis es krimnya dan ia berhasil mendapatkan omzet sekitar Rp 1,5 miliar tiap bulannya.
Apa yang dicapai Sanawi mungkin saja direspon sebagian orang sebagai puncak kesuksesan dalam berbisnis. Namun, Sanawi bukanlah pebisnis yang mudah puas.
Ia tetap mensyukuri apa yang telah Tuhan anugerahkan padanya. Namun, ia tetap memiliki keinginan untuk bisa mencapai yang lebih.
Sanawi berharap Es Krim Vanesa tak hanya bisa dikenal di kawasan Kalimantan saja melainkan juga ke seluruh Indonesia.
Sanawi selalu memberikan pelatihan tentang usha es krim terlebih dahulu kepada para calon mitranya. Ia tak keberatan untuk membagi pengalamannya hingga bisa mencapai sukses berjualan.
Sanawi berharap orang yang menjadi mitranya bisa berkembang sehingga ia pun terus melakukan pemantauan.
Merasa tak puas dengan bisnis es krim saja, Sanawi pun mencoba merambah ke beberapa bisnis lainnya. Ia mulai merambah bisnis minimarket. Ia memiliki dua minimarket yaitu di kota Samarinda dan Palangkaraya.
Tak hanya itu aja, Sanawi pun mencoba mengembangkan sayap bisnis dengan membuka jasa persewaan kontainer serta pengolahan bebek dan ayam beku.
Semua bisnis yang dikembangkan Sanawi dilabeli Vanesa yang mana ‘Vane’ merupakan nama anaknya dan ‘Sa’ adalah nama depan Sanawi. Merek Vanesa ini telah dipatenkan sejak tahun 2015.
Bisnis es krim yang dikembangkan oleh Sanawi kini telah merambah ke pulau Jawa. Ia memiliki pabrik es krim di Kudus, Jawa Tengah.
Dalam sehari pabriknya mampu memproduksi sekitar 40.000 cone dan berhasil menjual hingga 9000 ember es krim.
Sanawi Junjung Pentingnya Pendidikan
Sanawi kini sudah berhasil mencapai keberhasilan dalam bisnisnya meski ia tak mengenyam pendidikan secara layak.
Namun demikian, ia menganggap bahwa pendidikan tetaplah menjadi hal yang penting. Dia merasa bila ia dulu mendapatkan pendidikan yang layak maka mungkin keberhasilan akan lebih banyak datang kepadanya.
Selain itu, dengan keterbatasan yang dimiliki yaitu tidak pandai membaca dan menulis, ia harus dihadapkan pada tantangan dalam bisnisnyas terutama yang berkaitan dengan masalah administrasi. Hal ini membuatnya bertekad untuk belajar membaca dan menulis dari anaknya.
Berdasar dari pengalamannya selama ini, Sanawi memiliki kunci untuk bisa menjadi orang sukses yaitu URIP yang artinya Usaha, Rukun, Iman, dan Percaya diri. Tentunya, sebagai pebisnis juga harus menerima masukan dari orang lain.
Itulah kisah Sanawi yang semoga bisa menginspirasi dan menambah semangat untuk terus belajar dan berusaha guna meraih cita-cita dan impian.